9/06/2007

Sepasang Mata Segelas Kopi

dalam gerimis gigil itu menjadi puisi
merinai di antara detak jantung dan deru kendaraan
lalu, kata-kata berjatuhan di beberapa tikungan
seperti percikan serbuk kopi
yang mendidih di atas bara matamu

pesan singkat itu perlahan-lahan memanjang
berputar di jalan-jalan dengan lampu yang membias
dalam kabut dan cahaya rembulan
di tepi sungai, sudut-sudut kafe
tapi aroma kopi masih tersimpan rapi

aku belum bisa memaknai segelas kopi
dengan wanginya yang serupa kembang malam
percakapan belum selesai, sampai rotasi menjadi ngilu
membadai di bait-bait waktu. seperti pesanmu:
tetap kusimpan sebelah mata yang jenaka

Karya ini, aku copy milik B Badry, (www.negeribadri.blogspot.com).Menyenangkan mengenal mas.
bagiku mengenalmu merupakan satu anugrah, mengajariku mengepak sayap namun dimanapun kita pasti bertengger.