10/25/2011

KOPI PANAS

"sebuah catatan dari KimTeng lantai 2

Sudah beberapa hari nie Pekanbaru diguyur hujan, hampir mirip Bogor, kalaupun tidak hujan pasti mendung, cuaca tidak lagi panas seperti biasanya, jadi saya bisa enjoy mengendarai sepeda motor keluar rumah tanpa harus menggunakan jaket, biar keliatan lebih muda dan bisa gaya dikit..ehmm. Sore ini, saya janji dengan salah seorang senior KABOGO ASRI angkatan 22 yang bekerja sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Pekanbaru Pos, tidak perlu saya sebutkan namanya, silahkan beli Pekanbaru pos atau cari secara online.,hhmm. Oh ya, Kabogo asri itu keluarga alumni Bogor asal Riau, lebih pasnya orang-orang Riau yang dulunya pernah kuliah atau belajar di Bogor kemudian kembali lagi ke Riau untuk berjuang dengan sepenuh jiwa dan raganya demi bangsa dan negeri tercinta,,oh,,bukan demi sepiring nasi dan segenggam berlian,,hehe,, ada juga yang namanya Himpunan Alumni IPB atau lebih dikenal dengan nama HA IPB, tapi saya lebih suka di sebut KABOGO ASRI karena saya Alumni Bogor tapi bukan IPB, gitu loch. Nah, Abang yang satu ini, selain termasuk dalam KABOGO ASRI juga alumni IPB, eh bukan, alumni IPB yang termasuk dalam KABOGO ASRI, halahh, riweuh cek urang Bogor mah,,sami pisan ita tah, yang jelas dari sekian banyak alumni Bogor asal Riau khususnya IPB, dialah satu-satunya orang yang keluar jalur. termasuk aneh memang. Sengaja saya mengontak beliau untuk mendapatkan “KOPI PANAS” yang baru-baru ini diterbitkan, karena saya tidak dapat hadir waktu peluncuran “KOPI PANAS”, tepatnya tidak diundang,,hehe.

Pekanbaru Pos lantai tiga, ruang redaktur saya duduk manis membolak-balik koran terbitan hari ini sambil menunggu beliau menyelesaikan deadline untuk esok hari, lama juga saya tidak membaca koran, tepatnya akhir-akhir ini saya agak alergi dengan berita-berita dikoran yang menurut pendapat pribadi saya isinya tidak lebih dari propaganda dan pembodohan terhadap masyarakat. Mungkin entahlah,,,yang jelas saya berhenti membolak-balik koran kemudian beranjak, ;,KimTeng kita yokkk,,ajak beliau, I’m like this.
KimTeng, kedai kopi china ini bagi saya sama saja dengan kedai kopi lainnya, sekalipun tempatnya berada di Mall-mall dan tempat-tempat yang elitis di Kota ini, hanya terkadang cara penyebutannya yang berbeda, biasanya kalau di Kedai Kopi “Hangtuah atau Sinar Jaya” saya memesan Kopi Hitam atau Kopi O, sedangkan di KimTeng saya menyebutnya “Black Coffe” jenisnya sama saja. Oh ya, mari saya perkenalkan nama-nama beberapa Kedai Kopi yang di kota ini, Sebut saja KimTeng, yang kita bahas diatas ada beberapa tempat di kota ini, KimTeng Mall SKA, KimTeng Puswil tepat ditengah kota, KimTeng pasar bawah, kemudian KopiTiam posisinya pas berada di Citra Plaza. Nah, kalau di Kedai Kopi ini saya menggunakan bahasa “Black Coffe” untuk memesan secangkir Kopi, lain lagi dengan beberapa kedai kopi lainnya, sebut saja Kedai kopi “Hangtuah, Harum Jaya, Win 321, 808, Coca cola, Sinar jaya, tempat biasa menghabiskan pagi tetap menggunakan bahasa “Kopi Hitam” atau orang pesisir sering menyebutnya “Kopi O”.
Secangkir Black Coffe dan Roti Bakar Sarikaya menemani obrolan ringan kami di Kedai kopi lantai dua Mall SKA, obrolan lebih banyak pada tentang Alumni Bogor, sekalipun perbedaan angkatan antara kami lumayan terpaut jauh, saya angkatan 41, beliau 22. Kedai Kopi memang menjadi budaya bagi masyarakat pesisir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, di Kedai Kopi berkumpul semua element masyarakat, dari berbagai kelas dan tingkatan, setakatnya bagi orang pesisir setiap permasalahan bisa diselesaikan di Kedai kopi. Kami berpisah dan saya pulang dengan sebuah “KOPI PANAS” gratis sebagai buah tangan. Terimakasih Kanda, teruslah berkarya !!

10/05/2011

Tuhan dan Senja

Aku lupa, sejak kapan mulai menyukai Senja, seperti halnya aku lupa sejak kapan menyukai secangkir kopi. Menunggui senja dijemput kegelapan seperti candu, aku menunggunya ditepian, dipesisir, dari bukit bahkan di atas rumah. Seriuh apapun suasana bagiku senja selalu menghadirkan kesunyian, ia keajaiban yang mampu menghipnotis waktu seperti berhenti, ya, aku jatuh cinta kepada senja kemudian setiap kejujuran, kebohongan, kesombongan dan kemunafikanku, kuceritakan pada senja.

Hal yang paling menakjubkan adalah ketika aku merasa ada Tuhan pada setiap senja, kemudian gelap !!

10/01/2011

Negeri Bualan

Itulah seni dalam politik Dinda,,ucap Bg Steve Wawolengi pada diskusi sore dibasecamp Senopati Kebayoran setelah mendengar keluhanku tentang cerita sampah perpolitikan negeri kita yang tercinta ini. Kalo gk nyentil gk asyik begitu kata Iwan Fals dalam lagunya. Beberapa bulan ini melihat berita di media eloktronik maupun cetak menjadi hal yang haram bagiku, membosankan, memuakkan, entah apalagilah. Media menjadi alat bagi segelintir orang untuk membodohi masyarakat, setidaknya begitu pendapatku menghindari media, tidak para poliTikus yang menurutku adalah sutradara rusaknya negeri ini, tidak juga para pengamatnya yang sok tau, sok suci dan sok asyik.

Kita tidak berbicara hitam atau putih, tapi kita berbicara kepentingan, berbicara kelompok, gerbong, selama kepentingannya sama kita masih bisa sejalan, begitu kata seorang kawan tentang politik, ah,,mungkin politik menjadi hobi baginya. tapi tidak bagiku untuk saat ini, sebab aku benci warna-warna yang menjadi pembatasan. Lihatlah, perhatikanlah, kita dikotakkan pada simbol-simbol yang merasa berbuat banyak pada bangsa ini, ingin melakukan ini dan itu untuk bangsa tapi dengan persyaratan harus menjadi penguasa. Aneh sekali ! entahlah,,,begitulah keadaannya, mungkin nanti kita pun menjadi bagian yang sama, menjadi bagian dari sombol-simbol, menjadi bagian dari kelompok-kelompok tertentu dan menjadi bagian dari para pembual.