2/15/2010

KWATRIN SUNGAI SIAK (poet by M Badri)

perawan hutan menjelagalah di beranda
wangikan tingkap kayu berlumut
menjelma anyir perahu
di hulu sungai yang risau

letih memunguti serpih dedaunan
seperti serindit merangkai sarang
di batang sialang kering tak bercabang
seharian mengitari pagi dan petang

lihatlah, pancang tua patahkan kemudi
biduk lapuk memaki masa depan
tersuruk di turap berkarat
sebab deru tongkang terus menerjang

di celah ombak yang meruncing
karena kerumunan ikan merindukan ibu
sambil mengasah pisau
sampai berkilau di akar enau

ingin lahir dari ibu segala ibu
berhutan dan berahim sembilu
yang kini tak lagi hijau
ditetak perompak di hulu

perawan hutan menangislah
sampai air mata basahi tubuhmu
yang dihuni ikan-ikan
membatu karena limbah

o, akulah sungai kau muara
kucumbu di riak sajak
keruh menemani setiap kata
yang belum sempat terucap

saat angin menggarami petang
yang tersangkut tiang jembatan
rumah-rumah panggung
anak-anak membusung

karena lapar, ladang terbakar
tanah apak nasib terkapak
di rerimbun matamu
bersalju debu

dengarlah pekik siamang
lintang pukang
ketika aroma rimba tergadai
mesin-mesin industri

di tepi sungai siak
aku kembali bersajak
perawan hutan menepilah
sebelum rahimmu terbelah

kau lumut aku lumpur
bertemu di musim kemarau
anak kita getah
menangis di semak bakau

musim hujan tenggelamkan kampung
terkurung sejak pagi
serupa katak dalam tempurung
berhari-hari

kau sampan aku ikan
terjebak di semak paku
kita pun berdekapan
serupa karang dan air pasang

tiba di laut kita kesepian
tak ada lagi riuh tetabuhan
di sisi pelantar pelabuhan
tempat merayakan impian

pulanglah perawan hutan
di rumah kayumu yang melapuk
karena akulah lumut
di rambutmu yang gambut

Pekanbaru, 2007
Written at 1/17/2008 09:03:00 AM by badri.

Aku ingin bertutur
tentang resah,
tentang senyumanmu
yang tak mampu kumaknai,

Rasaku,
Tetap seperti ucapku dulu,,
Rindu itu,
Selalu bersua pada temaram senja,,

Hanya kata,,
Yang tak kuasa lagi aku tuturkan,,