8/14/2011

Masjid dipersimpangan itu

Sebulan ini, hampir satiap hari aku melewati jalanan itu untuk mempersingkat waktu kelokasi pekerjaan, sekalipun masih jalan tanah dan berdebu, paling tidak memperpendek jarak perjalanan. Hari ini, setengah dari jalan itu sudah bagus, sudah di aspal. Ada yang mengusik hatiku, setiap melawati tikungan jalan pintas ini, Sebuah masjid, pas berada ditikungan. Pondasi, dasar dan atap sudah selesai, bisa digunakan untuk beribadah. Ditikungan, dua buah bakul, satu orang yang bergantian menjaganya dengan megaphon ditangan berharap rupiah dari pengguna jalan. Awalnya, sempat terbersit dihatiku, begitu susahkah mengumpulkan dana untuk membangun tempat ibadah ini ? dengan sekeliling rumah2 besar dan saya yakin semuanya adalah Muslim, tidakkah kita merasa malu harus meminta-minta seperti orang yang kekurangan ?? hahhh,,dilematis memang. Aku berlalu, bahkan hampir melupakan bahwa ditikungan itu ada rumah Allah yang sedang dibangun sekalipun setiap hari aku masih melawati jalan itu.
Pesan broadcast seorang teman pagi ini di BBMku mulai mengusik hati dan pikiranku mengarah kemasjid dipersimpangan jalan itu, katanya, Rp. 20.000 begitu tk terasa kita keluarkan hanya untuk menonton film kesukaan tpi terasa berat untuk dimasukkan kekotak amal, sungguh menusuk, menyakitkan dan dalam. Kadang, kita menghabiskan rupiah demi rupiah dan tidak pernah menghitungnya untuk hal-hal yang sama sekali tak bermanfaat, bahkan kita lupa berapa yang kita habiskan.
Pagi ini, Ramadhan 1432H, aku masih harus turun kelapangan, itu artinya aku masih melewati Masjid dipersimpangan tersebut. Aku mengambil dompet, menghitung jumlahnya, terasa kurang jika sedikit saja aku ambil untuk dimasukkan keBakul dipersimpangan itu,terasa berat, pikiran yang aneh,sejak kapan aku mulai menghitung,,syetan mulai memainkan perannya, dibenakku, kalau disisihkan untuk Bakul dipersimpangan itu akan mengurangi jatah keperluanku, jatah nongkrong sama kawan-kawan dan yang lainnya..ahhhh,,syetan memang hebat, sedikit demi sedikit mengikis keyakinanku pada sang pemberi rizki.
Sampai juga aku dipersimpangan, masjid itu masih seperti pertama aku lewat dijalan ini, belum ada perubahan, hanya terlihat pembatas jarak antara jamaah laki-laki dan perempuan, artinya masjid digunakan untuk melakukan ibadah.
Pelan, aku berenti, dengan Bismillah aku merogoh saku depanku, ada rasa bersalah yang sangat dalam berkecamuk dalam hati ini. Ya Allah, Maafkan hamba ini.
Ramdhan, 1432H.